TITLE : Kulepas Cinta Pertama, Kedua, dan Ketigaku ( Cinta 123 The Fiction Story )
Author : Fiction Indonesia
Genre : Romance dan Bromance
Label : Cinta 123 TFS
Cintaku Tumbuh Dibangku SMP : CHAPTER 1
[ Tahun 2006, Aula Sekolah ]
Benarkah takdir itu benar-benar ada ? Ataukah takdir hanya sebuah kebetulan semata. Hatiku berdegup kencang seketika melihat sosok perempuan yang sepertinya tidak asing lagi di mataku. Pikirankupun melesat melayang mengingat-ingat, siapakah sebenarnya perempuan tersebut.. ? Seketika itu juga senyumku merekah, rasa bahagia meluap-luap dalam hatiku. Sungguh aku benar-benar tak menyangka akan berjumpa dengannya disini. Di sampingku dia menyerahkan formulir pendaftaran siswa pada petugas. Dia adalah cinta pandangan pertamaku yang telah lama menghilang.
[ Flasback Tahun 2001 ]
Masa ini aku benar-benar belum mengerti apa itu arti dari cinta, yang aku tau hanyalah teman, belajar dan bermain. Tapi disinilah masa dimana aku pertama kali bertemu dengannya. Kala itu masa liburan sekolah aku tak sengaja bertemu dengannya. Anak perempuan yang sangat asing di mataku, tak pernah kulihat sebelumnya di kampungku.
“Revan, siapa anak cewek itu ? Aku belum pernah melihatnya.. ??”
Aku bertanya penasaran pada salah satu temanku. Sambil mengangkat tangan di atas kelopak mataku, memicingkan dan memastikan apakah aku salah lihat atau benar-benar belum pernah mengenalnya.
“Entahlah, aku juga belum pernah melihatnya. Mungkin dia pindahan..”
Revan menjawab cueg, matanya seolah hanya terfokus pada beberapa butir kelereng yang masih tersisa di area permainan.
Karena taksatupun orang perduli, aku menangguhkan rasa penasaranku dan melanjutkan permainan yang sempat terhenti tadi. Lain kali akan aku cari tau sendiri siapa sebenarnya anak perempuan itu.
Puas bermain aku bergegas kembali kerumah. Tapi rasa haus memaksaku merubah arah jalan menuju warung. Tak sengaja aku bertemu kembali dengan anak perempuan yang aku lihat saat bermain tadi. Dan inilah awal kisahku dengan dia dimulai.
[ Tahun 2006, dimulai dari Pengumuman Penerimaan Siswa Baru ]
Aku taksabar masuk ke sekolah baruku. Ini hanya karena seseorang yang telah lama kurindukan berada di sekolah ini juga. Diam-diam aku selalu memperhatikan tanpa sepengetahuannya. Aku masih belum punya cukup keberanian untuk mengajaknya berkenalan. Sudah dua tahun lebih sejak aku terahirkali melihatnya, dan rasanya itu sudah sangat lama sekali.
Aku sangat bersukur sekali bisa diterima di sekolah ini. Setelah pengumuman penerimaan siswa selesai dilakukan pembagian ruang kelas dan pengumuman bahwa sekolah akan mengadakan study tour untuk mempererat hubungan antar siswa dan guru. Agak kecewa juga sih, karena keberuntungan nyatanya tidak selalu berada dipihakku. Aku tidak bisa satu ruang kelas dengan anak perempuan yang kini telah menjadi gadis yang sangat cantik. Tapi takmengapa, meski begitu takdir takingin melihatku terlalu kecewa. Kelas kami ternyata bersebelahan, yess makasih Tuhan.
[ Study Tour Siswa Baru Dilaksanakan ]
Aku merasa ini konyol sekali, aku semangat menuju sekolah hanya karena ingin bertemu dengan perempuan itu. Bahkan otakku ini sedetikpun tidak mampu berhenti memikirkannya. Aku telah dibuat jatuh cinta olehnya. Hari masih begitu pagi, kulihat beberapa mobil bus berjajar di jalan depan gerbang sekolah. Tanpa berpikir panjang akupun langsung mencari wali guruku dan menanyakan beberapa informasi yang aku butuhkan. Kususuri satu persatu mobil bus dan melihat nomor tempat duduk yang sesuai dengan nomor yang ada di kartuku.
Sepertinya takdir indah kembali menyambangiku, mataku melebar mengekspresikan kegembiraanku. Ternyata tempat dudukku bersebelahan dengan perempuan yang selama ini telah mencuri hatiku. Taukah kalian bagaimana perasaanku saat ini.. ? Aku sangatttt bahagia..
“Hei, benarkah ini kursi nomor 58.. ??”
Karena gugup, aku sekedar bertanya basa-basi. Padahal bisa dilihat dengan jelas di sandaran kursi telah diberi label kertas bernomor. Dalam kasus ini aku tidak bisa berpikir apa yang harus aku katakan.
“Iya, silahkan duduk disini. Perkenalkan namaku Dhea dari kelas 7C.”
Remaja berambut panjang lurus dengan senyuman nan manis itu menyapa dan mempersilahkanku duduk di sebelahnya.
“Thanks, aku Raffa dari kelas 7D Salam Kenal.”
Aku balas dengan senyum kecilku sambil melambaikan tanganku mengajak bersalaman. Mungkin dia benar-benar sudah lupa denganku.
“Apa Raffa.. ?? Raffa,kamu tinggal di desa mana ??”
“Aku hampir tidak menyadari sebelumnya, aku merasa kamu adalah teman masa kecilku dulu ??”
Dia bertanya terkejut, tiba-tiba berdiri dengan muka tepat berada di depanku. Menatap seksama kearah wajahku. Seolah dia ingin memastikan sesuatu.
Aku terdiam melihat wajah cantik gadis tersebut tepat berada di depan wajahku. Kali ini aku benar-benar tidak mampu berkata sepatah kataku. Hanya rasa gugup dan senyum yang kupaksakan.
“Benar ini adalah kamu, Raffa teman masa kecilku.. “
“Aku masih ingat kamu memiliki dua lesung di pipimu. Serta tahi lalat di lehermu itu, aku yakin sekali”
“Sampai sekarang kamu masih tetap manis seperti duu Raff.. ^_^ ”
Dia berkata dan tanpa canggung membuka sedikit kerah dibajuku. Aku bisa melihat dan menangkap perasaannya yang seolah terkejut dan takpercaya bisa bertemu kembali denganku.
“Tebakanmu benar Dhe, aku memang Raffa teman masa kecilmu dulu.”
“Tadinya aku mengira kamu sudah lupa denganku. Setelah kejadian itu, aku tak pernah melihatmu lagi.”
Aku menjawab, mencoba mengingatkan kejadian yang telah lama berlalu pada Dhea.
[ Flasback Tahun 2001 ]
Setelah pertemua pertama Raffa dan Dhea di sebuah warung, mereka ahirnya saling mengenal dan menjadi teman baik. Dhea bukanlah anak dari kampung ini, dia hanya sesekali mengunjungi neneknya yang kebetulan satu kampung dengan Raffa. Biasanya Dhea selalu berkunjung ke tempat neneknya saat liburan sekolah atau ketika libur lebaran. Tapi di tahun 2003 musibah menimpa keluarga Dhea, tahun itu neneknya meninggal dunia. Semenjak saat itupula Dhea dan orangtuanya tidak pernah berkunjung ke kampung neneknya lagi. Setiap liburan sekolah dan libur lebaran Raffa selalu menunggu dan berharap Dhea datang kembali, tapi Dhea tidak pernah datang juga. Hingga ahirnya, setelah sekian lama menunggu, Raffa ahirnya melihat sosok yang dirindukannya. Kini dia tepat berada di sampingnya menyerahkan formulir pendaftaran siswa pada petugas.
[ Kembali Pada Percakapan Raffa & Dhea di Dalam Bus, Tahun 2006 ]
“Maaf Raff.. dulu setelah nenekku meninggal papa tidak pernah mengajakku lagi berkunjung ke kampung. “
“Karena tidak ada alasan lagi buat kami berkunjung kesana.”
Dhea berkata sambil sesekali melihat keluar jendela. Sepertinya dia teringat kembali dengan neneknya. Kulihat mata sedikit sayu di raut mukanya.
“Dhea, kalau kamu tahu, sebenarnya dulu aku selalu menunggumu datang kembali. Tapi kamu tak pernah kembali.”
“Aku sangat sedih karena taktahu bagaimana caranya agar bisa bertemu kembali dengan mu.”
Maklumlah, waktu itu aku masih sangat kecil dan umurku baru 9 tahun. Aku juga belum memakai ponsel dan mengenal facebook. Tahun 2003 ponsel dan internet masih menjadi barang mewah di desaku, hanya beberapa orang saja yang memilikinya. Meski aku sempat bertanya alamat si Dhea, anak berumur 9 tahun mana bisa bepergian jauh keluar daerah.
“Benarkah kamu dulu selalu menungguku, aku jadi merasa bersalah padamu nih Raff..”
“Sebenernya aku dulu juga rindu saat kita main bersama.”
“Aku masih ingat, dulu kamu pasti memaksa kita berdua harus satu team kalau bermain.”
Dhea Speaking
“Itu karena aku dulu tidak mau menjadi musuhmu, walau itu hanya permainan, hahaa..”
Aku menjawab dan teringat tingkah-tingkah konyolku dulu saat masih kecil. Dulu aku akan membiarkan teamku kalah jika teman-teman tidak mengijinkanku satu team dengan Dhea.
“Sekarangkan kita sudah berjumpa kembali. Mari kita lanjutkan pertemanan kita yang selama ini terhenti.”
Kini Dhea berkata dengan senyum dan raut muka yang kelihatannya gembira sekali. Sambil menarik tanganku dan memberikan sebuah cup minuman rasa buah. Mengingatkanku saat kita pertama kali bertemu di warung dulu. Aku pernah memberikan cup minuman rasa buah yang sama pada Dhea dan dengan polosnya mengatakan “ Dhea, mari kita menjadi teman.“ Hahaa.. Akupun tertawa malu mengingat kejadian waktu itu.
0 komentar
Posting Komentar